Sabtu, 13 Maret 2010

aku dan software

Aku dan Software
Suatu ketika aku mendapatkan suatu permasalahan yang harus aku perbaiki. Aku merasakan sistem kesehatanku terganggu. Seluruh badan terasa gerah. Suhu tubuh meningkat, dan kepala terasa berat. Aku juga merasa tak bergairah, bahkan langkahku terasa tak bertenaga.
Aku pergi menghadap dan bertanya kepada Tuhan ada apa dengan aku. Tuhan menjawab bahwa ini normal pada masa-masa tertentu dalam kehidupanku. Lalu aku bertanya lagi apa yang harus aku lakukan untuk melewatinya? Ia memberiku sebuah software dan berkata “ini adalah software yang bisa membantumu. Bila kamu ingin Software ini bekerja dengan baik maka kamu harus terlebih dahulu memasukkan password yang tepat”.
“Apa password-nya?”, aku bertanya lagi. Tuhan menjawab,”Aku tak mungkin memberi tahumu password-nya. namun aku akan berikan satu petunjuk. Password-nya adalah sebuah kata yang berkaitan dengan kesehatan, apa yang menjaga dan memulihkan stabilitas kesehatanmu”.
Sesampainya di rumah, aku membuka software itu kemudian muncul kotak dialog yang di dalamnya terdapat tulisan berbunyi ‘Please enter password to run this program’. Di bawah tulisan itu terdapat sebuah kotak kecil kosong yang di bawahnya terdapat dua kotak kecil lagi yang saling berdampingan dengan tulisan berbunyi ‘continue’ dan ‘cancel’ di tiap-tiap kotak itu.
Aku mulai memikirkan kira-kira password apa yang paling tepat. Aku teringat petunjuk Tuhan yang mengatakan bahwa password-nya adalah sesuatu yang dapat menjaga dan memulihkan stabilitas kesehatanku. Aku menemukan satu kata yang menurutku tepat lalu mulai mengetiknya dalam kotak kosong: VITAMIN. Lalu aku meng-klik kotak kecil bertuliskan ‘continue’. Tiba-tiba muncul tulisan berwarna merah di atas kotak kosong yang aku isi tadi diawali dengan tanda silang yang berwarna merah pula: INCORRECT PASSWORD, PLEASE TRY AGAIN. Dan kotak kosong itu kembali kosong.
Aku memikirkan kata lain yang kuanggap tepat sesuai petunjuk Tuhan dan mulai mengetiknya: OBAT. Sekali lagi password yang kumasukkan ditolak mentah-mentah oleh software pemberian Tuhan. Dengan tetap bersemangat karena ingin segera memulihkan kesehatanku dan menjadi prima, aku terus berfikir keras. Sebuah kata berjalan mantap dalam otakku dan aku mulai mengetiknya: OLAHRAGA. Sekali lagi password-ku ditolak.
Aku sangat merindukan kondisi prima dan aku tak ingin gagal lagi memasukkan password. Kali ini aku harus hati-hati dan memikirkannya secara matang. Aku terenung cukup lama memikirkan, mencari kata paling tepat dan memasukkannya tiap kali pemikiranku memberiku sebua kata kunci yang kurasa tepat.
DOKTER, gagal. Aku merenung lagi. TERAPI, gagal lagi. Merenung lagi. MAKAN, GIZI, ISTIRAHAT, SUPLEMEN, FITNES, JAMU, SUNTIK, PERIKSA, SUSU, PIJAT, REKREASI, SPA, SEMEDI, DUKUN, ION, semua telah kucoba masukkan namun semua telah pula ditolak dan tulisan berwarna merah itu terus saja muncul tanpa bosan.
Tak terasa sudah dua hari aku berjuang. Sebuah perjuangan yang hanya jadi sia-sia. Tubuhku semakin lunglai saja rasanya. Aku mulai merasakan kejengkelan pada software yang satu ini. Software sialan ini tak tahu betapa aku merasakan kondisi tubuh yang sangat tak mengenakkan ini. Betapa dua hari ini aku telah berusaha yang terbaik untuk menemukan password yang tepat. Begitu jengkelnya aku hingga akhirnya aku mulai mengumpat dan mengatai software itu. Kukerahkan semua kosakata dalam tiga bahasa yang aku kuasai yang sekiranya dapat melampiaskan kejengkelanku padanya.
“Mengapa kau mengumpat?”, kudengar sebuah suara dan aku begitu terkejut mendengarya. Software yang selama ini diam ternyata bisa bicara. Awalnya aku sedikit ketakutan, jantungku berdegup sangat kencang dalam dadaku yang kini hanya terbungkus kulit lesu. Namun aku bisa mengendalikannya dan kembali bernafas dengan irama yang wajar.
“Apa maksudmu”, aku balik bertanya.
“mengapa kau mengumpatku? Akan lebih baik bagimu memberiku password yang tepat”, jawabnya yang kurasakan lebih seperti penghinaan bagi usahaku.
“Menurutmu apa yang aku lakukan dua hari ini? Aku telah memberimu begitu banyak password namun tak satupun kau terima, dan sekarang kau malahan menanyakan kenapa aku tak memberimu password? Kau memang keterlaluan”, aku balik bertanya dengan harapan ia akan sadar telah membuat kondisi kesehatan semakin kritis.
“Ingat, aku adalah sarana yang diberikan Tuhan kepadamu agar kau kembali prima, bukan untuk menyulitkanmu. Lihatlah dirimu yang semakin kacau. Dirimulah yang menyulitkanmu, bukan aku”, jawabnya ketus.
“Jika kau ditugaskan membuatku kembali prima, mengapa tak kau terima saja password yang aku berikan? Bukankah aku telah memberimu banyak? Semuanya juga berhubungan dengan kesehatan. Bukankah begitu petunjuk Tuhan? Kau bisa pilih salah satu”, aku balik bertanya pada software aneh pemberian tuhan itu.
“Tak semudah itu. Kau boleh memberiku password sebanyak yang kau mau, itu hakmu. Tapi tak sembarang password dapat kuterima. Kukira Tuhan telah memberi tahumu bahwa hanya password yang tepat saja yang bisa membuatku bekerja dengan baik. Bayangkan jika aku menerima setiap passwordmu yang tidak tepat itu. Aku tak akan dapat mempersembahkan pekerjaan terbaikku kepadamu. Pekerjaanku yang tidak maksimal tak akan bisa membawamu ke kondisi prima. Bukan itu saja, pekerjaanku yang tak baik bisa saja merusak hardware yang kau punya, bahkan mungkin bisa merusak kepercayaan Tuhan kepadamu karena kau tidak menggunakanku yang merupakan pemberianNya dengan baik. Tentu kau tak ingin semua itu ter…
Gelap. Sunyi. Tenang sekali.
Penjelasan si Software sialan yang panjang lebar seperti dakwah membuatku mengantuk dan akhirnya tertidur. Ketika melihatku tertidur, software itu tersenyum bahagia. Ya, karena hanya satu kata yang ia butuhkan: TIDUR.
Ngijo, 9 maret 2010. 2:56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar